Kamis, 31 Desember 2015

PARAGRAF dan PENALARAN

A.   Paragraf
I.             Pendahuluan
      Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik. Kalimat-kalimat dalam paragraf memperlihatkan kesatuan pikiran atau mempunyai keterkaitan dalam membentuk gagasan atau topik tersebut. Sebuah paragraf mungkin terdiri atas sebuah kalimat, mungkin terdiri atas dua buah kalimat, mungkin juga lebih dari dua buah kalimat. Walaupun paragraf itu mengandung beberapa kalimat, tidak satupun dari kalimat-kalimat itu yang memperkatakan soal lain. Seluruhnya memperbincangkan satu masalah atau sekurang-kurangnya bertalian erat dengan masalah itu.
Contoh:
         Sampah selamanya selalu memusingkan. Berkali-kali masalahnya diseminarkan dan berkali-kali pula jalan pemecahannya dirancang. Namun, keterbatasan-keterbatasan yang kita miliki tetap menjadikan sampah sebagai masalah pelik. Pada waktu seminar-seminar itu berlangsung, penimbunan sampah terus terjadi. Hal ini mengundang keprihatinan kita karena masalah sampah banyak sedikitnya mempunyai kaitan dengan masalah pencemaran air dan banjir. Selama pengumpulan, pengangkutan, pembuangan akhir, dan pengolahan sampah itu belum dapat dilaksanakan dengan baik, selama itu pula sampah menjadi masalah.
      Paragraf ini terdiri atas enam kalimat. Semua kalimat itu membicarakan soal sampah. Oleh sebab itu, paragraf itu mempunyai topik “masalah sampah” karena pokok permasalahan dalam  paragraf itu adalah masalah sampah.
Dalam tulisan-tulisan lain  mungkin  kita menjumpai topik paragraf, seperti
a.      peranan bahasa dalam kehidupan;
b.     penyebab kebakaran hutan;
c.      manfaat koperasi;
d.     tragedi semanggi;
e.      kehidupan di ruang angkasa;
f.      Trisakti sebagai kampus reformasi.
     
      Topik paragraf adalah pikiran utama di dalam sebuah paragraf. Semua pembicaraan dalam paragraf itu terpusat pada pikiran utama ini. Pikiran utama itulah yang menjadi topik persoalan atau pokok pembicaraan. Oleh sebab itu, ia kadang-kadang disebut juga gagasan pokok di dalam sebuah paragraf. Dengan demikian, apa yang menjadi pokok pembicaraan dalam sebuah paragraf, itulah topik paragraf.

II.               Syarat-Syarat Paragraf
      Paragraf yang baik harus memiliki dua ketentuan, yaitu kesatuan paragraf dan kepaduan paragraf.
a)     Kesatuan Paragraf
            Dalam sebuah paragraf terdapat hanya satu pokok pikiran. Oleh sebab itu, kalimat-kalimat yang membentuk paragraf perlu ditata secara  cermat agar tidak ada satu pun kalimat yang menyimpang dari ide pokok paragraf itu. Kalau ada kalimat yang menyimpang dari pokok pikiran paragraf itu, paragraf menjadi tidak berpautan, tidak utuh. Kalimat yang menyimpang itu harus dikeluarkan dari paragraf. Perhatikan paragraf di bawah ini.
         Jateng sukses. Kata-kata ini meluncur gembira dari pelatih regu Jateng setelah selesai pertandingan final Kejurnas Tinju Amatir, Minggu malam, di Gedung Olahraga Jateng,  Semarang. Kota Semarang terdapat di pantai utara Pulau Jawa, ibu kota Provinsi Jateng. Pernyataan itu dianggap wajar karena apa yang diimpi-impikan selama ini dapat terwujud, yaitu satu medali emas, satu medali perak, dan satu medali perunggu. Hal itu ditambah lagi oleh pilihan petinju terbaik yang jatuh ke tangan Jateng. Hasil yang diperoleh itu adalah prestasi paling tinggi yang pernah diraih oleh Jateng dalam arena seperti itu.
            Dalam paragraf itu kalimat ketiga tidak menunjukan keutuhan paragraf. Oleh sebab itu, kalimat tersebut harus dikeluarkan dari paragraf.
b)     Kepaduan Paragraf
            Kepaduan paragraf dapat terlihat melalui penyusunan kalimat secara logis dan melalui ungkapan-ungkapan (kata-kata) pengait antarkalimat. Urutan yang logis akan terlihat dalam susunan kalimat-kalimat dalam paragraf itu. Dalam paragraf itu tidak ada kalimat-kalimat yang sumbang atau keluar dari permasalahan yang dibicarakan.
Pengait Paragraf
            Agar paragraf menjadi padu digunakan pengait paragraf, yaitu berupa 1) ungkapan penghubung transisi, 2) kata ganti, atau 3) kata kunci (pengulangan kata yang dipentingkan).
            Ungkapan pengait antarkalimat dapat berupa ungkapan penghubung/ transisi.
1)     Beberapa Kata Transisi
1    Hubungan tambahan               : lebih lagi, selanjutnya,                                                                 tambahan pula, disamping itu,                                                     lalu,berikutnya, demikian pula,                                                   begitu juga, di samping itu, lagi pula.
2    Hubungan pertentangan         : akan tetapi, namun,                                                                      bagaimanapun, walaupun                                                             demikian, sebaliknya, meskipun                                                  begitu, lain halnya.
3    Hubungan perbandingan        : sama dengan itu, dalam hal                                                         yang demikian, sehubungan                                                                     dengan itu.
4    Hubungan akibat                    : oleh sebab itu, jadi, akibatnya,                                                    oleh karena itu, maka, oleh                                                          sebab itu.
5    Hubungan tujuan                    :  untuk itu,untuk  maksud itu.
6    Hubungan singkatan               : singkatnya, pendeknya,                                                                akhirnya, pada umumnya,                                                            dengan kata lain, sebagai                                                             simpulan.
7    Hubungan waktu                     : sementara itu, segera setelah itu,                                                 beberapa saat kemudian.
8    Hubungan tempat                   : berdekatan dengan itu.
      Paragraf di bawah ini memperlihatkan pemakaian ungkapan pengait antarkalimat yang berupa ungkapan penghubung transisi.
         Belum ada isyarat jelas bahwa masyarakat sudah menarik tabungan deposito mereka. Sementara itu, bursa efek Indonesia mulai goncang dalam menampung serbuan para pemburu saham. Pemilik-pemilik uang berusaha meraih sebanyak-banyaknya saham yang dijual di bursa. Oleh karena itu, bursa efek berusaha menampung minat pemilik uang yang menggebu-gebu. Akibatnya, indeks harga saham gabungan (IHSG) dalam tempo cepat melampaui angka 100 persen. Bahkan, kemarin IHSG itu meloncat ke tingkat 101,828 persen.
      Dengan dipasangnya pengait antarkalimat sementara itu, oleh karena itu, akibatnya, dan bahkan dalam paragraf tersebut, kepaduan paragraf terasa sekali, serta urutan kalimat-kalimat dalam paragraf itu logis dan kompak.
2)     Kata Ganti
      Ungkapan pengait paragraf dapat juga berupa kata ganti, baik kata ganti orang maupun kata ganti yang lain.
(1)  Kata Ganti Orang
            Dalam usaha memadu kalimat-kalimat dalam suatu  paragraf, kita banyak menggunakan kata ganti orang. Pemakaian kata ganti ini berguna untuk menghindari penyebuatan nama orang berkali-kali. Kata ganti yang dimaksud adalah saya, aku, ku, kita, kami (kata ganti orang pertama), engkau, kau , kamu, mu, kamu sekalian (kata ganti orang kedua), dia, ia, beliau, mereka, dan nya (kata ganti orang ketiga). Hal ini dapat kita lihat pada contoh dibawah ini.
         Rizal, Rustam, dan Cahyo adalah teman sekolah sejak SMA hingga perguruan tinggi. Kini mereka sudah menyandang gelar dokter dari sebuah universitas negeri di Jakarta. Mereka merencanakan mendirikan suatu poliklinik lengkap dengan apoteknya. Mereka menghubungi saya dan mengajak bekerja sama, yaitu saya diminta menyediakan tempatnya karena kebetulan saya  memiliki sebidang tanah yang letaknya strategis. Saya menyetujui permintaan mereka.
            Kata mereka dipakai sebagai pengganti kata Rizal, Rustam, dan Cahyo agar nama orang tidak disebutkan berkali-kali dalam satu paragraf. Penyebutan nama orang yang berkali-kali dalam satu paragraf akan menimbulkan kebosanan serta menghilangkan keutuhan paragraf. Hal ini dapat dilihat dalam kalimat di bawah ini.
            Hajjah Utamiwati adalah ketua majelis taklim di desa ini. Rumah Hajjah Utamiwati terletak dekat masjid Nurul Ittihad.
Pengulangan Hajjah Utamiwati akan menimbulkan kesan kekurangpaduan dua kalimat itu. Kesannya akan lain jika kalimat itu diubah sebagai berikut.
            Hajjah Utamiwati adalah ketua majelis taklim di desa ini. Rumahnya terletak dekat masjid Nurul Ittihad.
            Bentuk –nya dalam kalimat di atas adalah bentuk singkat kata ganti orang ketiga, yaitu Hajjah Utamiwati . Dengan demikian, kepaduan kalimat-kalimat itu dapat kita rasakan.
            Penggunaan kata ganti orang ketiga tunggal, beliau, dapat dilihat pada kalimat berikut ini.
         Ibu Sud adalah pencipta lagu empat zaman yang sangat produktif. Beliau telah menciptakan tidak kurang dari dua ratus buah lagu.
            Semua kata ganti orang hanya dapat menggantikan nama orang dan hal-hal yang dipersonifikasikan. Kalimat berikut ini memperlihatkan hal yang dipersonifikasikan dari subjek kalimat. Oleh sebab itu, kalimat ini masih dibenarkan.
            Pada tahun yang lalu India dilanda kelaparan. Ia mengharapkan uluran tangan negara lain.
            Sesudah dikatakan bahwa kata ganti orang hanya dipakai untuk menggantikan nama orang dan hal-hal yang dipersonifikasikan. Dalam hal ini, bentuk –nya  tidak hanya menggantikan nama orang dan hal yang dipersonifikasikan, tetapi juga menggantikan benda-benda yang tidak bernyawa. Hal ini dapat dilihat pada kalimat berikut.
            Sepatu saya sudah rusak. Saya harus segera menggantinya.
            Kain bahan celana ini pas-pasan. Si penjahit harus pandai memotongnya.
Dalam masalah pemakaian kata ganti orang ketiga, kata ganti kitu harus digunakan pada tempatnya yang tepat.
1)     a.  Buku Sutan Takdir Alisjahbana banyak sekali. Beliau adalah budayawan yang sangat disegani. (Salah)
b.  Sutan Takdir Alisjahbana mengarang buku banyak sekali. Beliau adalah budayawan yang sangat disegani. (Betul)
2)     a.  Hutan-hutan di Indonesia habis ditebangi oleh orang yang tidak bertanggung  jawab. Mereka hanya mementingkan diri sendiri. (Salah)
b.  Orang-orang yang tidak  bertanggung jawab menebangi hutan-hutan di Indonesia habis-habisan. Mereka hanya mementingkan diri sendiri. (Betul)
3)     a. Di mana-mana pabrik didirikan oleh konglomerat. Dengan demikian,  mereka menganggap bahwa masalah pengangguran telah teratasi. (Salah)
b. Di mana-mana konglomerat mendirikan pabrik. Dengan demikian, mereka menganggap bahwa masalah pengangguran telah teratasi.(Betul)
(2)  Kata Ganti yang Lain
            Kata ganti lain yang digunakan dalam menciptakan kepaduan paragraf ialah itu, ini, tadi, begitu, demikian, di situ, ke situ, di atas, di sana, di sini dan sebagainya. Perhatikan contoh berikut.
            Itu asrama mereka. Mereka tinggal di situ sejak kuliah tingkat satu sampai dengan meraih gelar sarjana. Orang tua mereka juga sering berkunjung ke situ.
(3)  Kata Kunci
            Di samping itu, ungkapan pengait dapat pula berupa pengulangan kata-kata kunci, seperti kata sampah pada contoh paragraf yang pertama. Pengulangan kata-kata kunci ini perlu dilakukan dengan hati-hati (tidak terlalu sering).
III.             Pembagian Paragraf Menurut Jenisnya
      Dalam sebuah karangan (komposisi) biasanya terdapat tiga macam paragraf jika dilihat dari segi jenisnya.
1)     Paragraf Pembuka
            Paragraf ini merupakan pembuka atau pengantar untuk sampai pada segala pembicaraan yang akan menyusul kemudian. Oleh sebab itu, paragraf pembuka harus dapat menarik minat dan perhatian pembaca, serta sanggup menghubungkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan disajikan selanjutnya. Salah satu cara untuk menarik perhatian ini ialah dengan mengutip pernyataan yang memberikan rangsangan dari para orang terkemuka atau orang yang terkenal.
2)     Paragraf  Pengembang
            Paragraf pengembang ialah paragraf yang terletak antara paragraf pembuka dan paragraf yang terakhir sekali di dalam bab atau anak bab itu. Paragraf ini mengembangkan pokok pembicaraan yang dirancang. Dengan kata lain, paragraf pengembang mengemukakan inti persoalan yang akan dikemukakan. Oleh sebab itu, satu paragraf dan paragraf lain harus memperlihatkan hubungan yang serasi dan logis. Paragraf itu dapat dikembangakan dengan cara ekspositoris, dengan cara deskriptif, dengan cara naratif, atau dengan cara argumentatif .
3)     Paragraf Penutup
            Paragraf penutup adalah paragraf yang terdapat pada akhir suatu kesatuan yang lebih kecil di dalam karangan itu. Biasanya, paragraf penutup berupa simpulan semua pembicaraan yang telah dipaparkan pada bagian-bagian sebelumnya.
IV.            Tanda Paragraf
      Sebuah paragraf dapat ditandai dengan memulai kalimat pertama agak menjorok ke dalam, kira-kira lima ketukan mesin ketik atau kira-kira dua sentimeter. Dengan demikian, para pembaca mudah dapat melihat permulaan tiap paragraf sebab awal paragraf ditandai oleh kalimat permulaannya yang tidak ditulis sejajar  dengan garis margin atau garis pias kiri. Selain itu, penulis dapat pula menambahkan tanda sebuah paragraf itu dengan memberikan jarak agak renggang dari paragraf sebelumnya.
V.              Rangka Atau Struktur Sebuah Paragraf
      Rangka atau struktur sebuah pargraf terdiri atas sebuah kalimat topik dan beberapa kalimat penjelas. Dengan kata lain, apabila dalam sebuah paragraf terdapat lebih dari sebuah kalimat topik, paragraf itu tidak termasuk paragraf yang baik. Kalimat-kalimat di dalam paragraf itu harus saling mendukung, saling menunjang, kait-berkait satu dengan yang lainnya.
      Kalimat topik adalah kalimat yang berisi topik yang dibicarakan pengarang. Pengarang meletakkan inti maksud pembicaraannya pada kalimat topik.
      Karena topik paragraf adalah pikiran utama dalam sebuah paragraf, kalimat topik merupakan kalimat utama dalam paragraf itu. Karena setiap paragraf hanya mempunyai sebuah topik, paragraf itu tentu hanya mempunyai satu kalimat utama.
      Kalimat utama bersifat umum. Ukuran keumuman sebuah kalimat terbatas pada paragraf itu saja. Adakalanya sebuah kalimat yang kita anggap umum akan berubah menjadi kalimat yang khusus apabila paragraf itu diperluas.
Perhatikan paragraf berikut
         Penduduk Tegal, umpamanya, merasa tidak dapat hidup di daerahnya lagi karena bahan makanan yang akan dimakan sehari-hari tidak mencukupi kebutuhan penduduk. Hal ini disebabkan oleh ledakan penduduk Tegal terlalu besar sehingga daerah pertanian yang relatif tidak bertambah hasilnya itu tidak dapat menampung perkembangan penduduk. Pertumbuhan penduduk Tegal jauh lebih besar daripada perkembangan daerah pertanian yang ada di situ.
      Kalau kita lihat paragraf di atas, kalimat yang paling umum sifatnya ialah kalimat pertama, yaitu “Penduduk Tegal, umpamanya, merasa tidak dapat hidup di daerahnya lagi karena bahan makanan yang akan dimakan sehari-hari tidak mencukupi kebutuhan penduduk”.  Kalimat-kalimat selanjutnya adalah kalimat-kalimat  penjelas yang fungsinya menjelaskan gagasan utama yang terletak pada kalimat pertama.
      Kalimat-kalimat dalam paragraf itu ditambah dengan sebuah kalimat lagi, sifat keumuman kalimat pertama itu berubah menjadi khusus. Kalimat yang ditambahkan itu berbunyi
      “Tidak dapat dimungkiri bahwa pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi oleh pertumbuhan produksi dapat menyebabkan tingkat kemakmuran berkurang.”
      Kalimat yang terakhir ini bersifat lebih umum daripada kalimat pertama. Kalau kalimat terakhir ini ditambahkan pada paragraf itu, kalimat terakhir ini akan menjadi kalimat utama.
      Kalau kita melihat perkembangan paragraf yang kita perbincangkan ini, dapat dikatakan bahwa sebelum kalimat itu ditambahkan pada paragraf itu, kalimat utama paragraf itu berada di awal paragraf, sedangkan setelah ditambahkan, kalimat utama (kalimat topik) terletak di akhir paragraf.
VI.            Paragraf Deduktif  dan Paragraf Induktif
      Di bawah ini dikutipkan beberapa macam contoh paragraf. Letak kalimat topik pada paragraf-paragraf itu berbeda-beda.
      Paragraf yang meletakkan kalimat topik pada awal paragraf disebut paragraf deduktif, sedangkan paragraf yang meletakkan kalimat topik di akhir paragraf disebut paragraf induktif.
      Pengarang jenis pertama meletakkan kalimat topiknya di bagian awal paragraf yang bersangkutan. Perhatikan kalimat yang dicetak dengan huruf tebal.
      Arang aktif ialah sejenis arang yang diperoleh dari suatu pembakaran yang mempunyai sifat tidak larut dalam air. Arang ini dapat diperoleh dari pembakaran zat-zat tertentu, seperti ampas tebu, tempurung kelapa,dan tongkol jagung. Jenis arang ini banyak digunakan dalam beberapa industri pangan atau nonpangan. Industri yang menggunakan arang aktif adalah industri kimia dan farmasi, seperti pekerjaan memurnikan minyak, menghilangkan bau yang tidak murni, dan menguapkan zat yang tidak perlu.
      Pengarang jenis kedua meletakkan kalimat topiknya pada bagian akhir paragraf, seperti terlihat pada paragraf berikut.
      Dua anak kecil ditemukan tewas di pinggir jalan Jenderal Sudirman. Seminggu kemudian seorang anak wanita hilang ketika pulang dari sekolah. Sehari kemudian polisi menemukan bercak-bercak darah di kursi belakang mobil  John. Polisi juga menemukan potret dua orang anak yang tewas di Jenderal Sudirman di dalam kantung celana John. Dengan demikian, John adalah orang yang dapat dimintai pertanggungjawaban tentang hiilangnya tiga anak itu.
      Ada pula paragraf yang tidak memperlihatkan kalimat utamanya. Gagasan utama sebuah paragraf itu berada di seluruh paragraf. Paragraf seperti ini tidak mempunyai kalimat yang umum. Semua kalimat bersifat khusus. Biasanya paragraf seperti ini terdapat pada paragraf yang bersifat naratif.
Misalnya :
         Pada tengah hari itu Pak Lurah datang. Bapak Bupati datang ke tempat itu. Tiga jam kemudian kita melihat orang-orang telah berkumpul di arena itu. Tidak pula ketinggalan artis-artis muda belia. Para wartawan pun telah pula memanfaaatkan waktu.
      Suatu hal lagi yang perlu di tekankan di sini adalah bahwa kalimat topik itu harus kalimat yang ideal, bukan kalimat topik yang membingungkan. Kalimat topik itu harus bersifat umum, jangan mendetail.
      Kalimat topik yang ideal adalah kalimat topik yang jelas maksudnya dan mudah dipahami. Pembaca tidak usah berpikir lama-lama apa yang dimaksudnya oleh penulis. Biasanya, kalimat topik yang tidak ideal atau kalimat tidak jelas dan membingungkan, harus dihindari.
Misalnya :
Membingungkan               : Sistem pondasi cakar ayam penemuan                                                    almarhum Prof. Sedyatmo yang terkenal akhir-                                      akhir ini di kalangan internasional, terutama                                        di negara Asean karena dipakai untuk                                                          membangun berbagai struktur di atas tanah                                             lembek.
Seharusnya                       :Sistem fondasi cakar ayam dipakai untuk                                               membangun berbagai struktur di atas tanah                                           lembek.
      Kalimat topik yang baik adalah kalimat yang umum atau kalimat yang tidak mendetail. Perhatikan contoh berikut.
Umum                                :Penelitian ini memerlukan berbagai faktor                                                        agar selesai dengan memuaskan.
Mendetail                         : Penelitian ini memerlukan biaya yang banyak,                                      waktu yang cukup, dan tenaga yang terampil                                         agar selesai dengan memuaskan.
      Seperti sudah dikemukakan sebelumnya, sebuah paragraf itu terdiri atas satu kalimat topik dan beberapa buah kalimat penjelas. Kalimat-kalimat penjelas itulah yang membuat paragraf itu benar-benar “bicara” kepada pembacanya. Cara menjelaskan kalimat topik itu dapat dengan mengulasnya, menyongkong, menceritakan, atau memberikan definisi secara jelas. Dengan demikian, sebuah paragraf menjadi suatu pembicaran yang meyakinkan.
      Penulis yang berpengalaman tidak akan membuat kalimat penjelas yang masih bersifat umum karena kalimat penjelas yang masih umum akan menyebabkan pembaca harus meraba-raba makna paragraf. Ia kan memberikan uraian-uraian yang terinci untuk membuat paragraf dapat berbicara kepada pembaca.
      Paragraf berikut memperlihatkan kepada kita bahwa penulisnya membuat kalimat-kalimat penjelas yang terinci sehingga pembaca akan merasa yakin akan isi paragraf itu.
         Kemajuan teknologi di negara Republik Indonesia pada akhir-akhir ini sangat dirasakan oleh masyarakat sebagai suatu prestasi  besar bangsa Indonesia. Hal itu ditunjang oleh beberapa faktor nyata yang sangat dibanggakan. Kehadiran Industri Pesawat Terbang Nusantara, ditambahpula dengan kehadiran Puspitek dan beberapa pembangkit tenaga listrik memberikan bukti tentang kemajuan teknologi itu. Apalagi, di sana-sini tidak pula ketinggalan beberapa industri mobil, eleektronik, dan obat-obatan.
VII.          Pengembangan Paragraf
      Mengarang itu adalah usaha mengembangkan beberapa kalimat topik. Dengan demikian, dalam karangan itu kita harus mengembangkan beberapa paragraf demi paragraf. Oleh karena itu, kita harus hemat menempatkan kalimat topik . Satu paragraf hanya mengandung sebuah kalimat topik.
      Contoh di bawah ini memperlihatkan perbedaan paragraf yang tidak hemat dan paragraf yang hemat akan kalimat topik. Paragraf yang tidak hemat ini mengandung tiga buah kalimat topik.
         Penggemar seruling buatan Frederick Morgan bersedia menunggu lima belas tahun asal memperoleh sebuah seruling buatan  Morgan. Pertengahan bulan Juli Morgan menghentikan pemesanan seruling karena terlalu banyak pihak yang memesan seruling buatannya. Memang dewasa ini Morgan tergolong ahli pembuat instrumen tiupan kelas dunia.
      Perhatikan paragraf berikut yang merupakan hasil pengembangan kalimat-kalimat di atas.
         Penggemar seruling buatan Frederick Morgan bersedia menunggu lima belas tahun asal memperoleh sebuah seruling buatan Morgan. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh beberapa penggemar seruling Eropa. Hal ini terjadi setelah Morgan mengumumkan bahwa pemesanan serulingnya ditutup.
         Pada pertengahan bulan Juli Morgan menghentikan pemesanan seruling karena terlalu banyak pihak yang memesan seruling buatannya. Jika seruling dibuat terus-menerus, Morgan harus bekerja selama  14 tahun guna memenuhi pesanan tersebut. Seruling buatan Morgan sangat berperan pada musik di dunia Eropa sejak tahun 1950.
         Dewasa ini Morgan tergolong ahli pembuat instrumen tiup kelas dunia. Beberapa ahli lainnya adalah Hans Caolsma (Utrecht), Mortin Skovroneck (Bremen), Fredrick van Huene ( Amerika Serikat), Klaus Scheele (Jerman), serta Shigchoru Yamaoka dan Kuito Kinoshito (Jepang).
      Kalau kita amati, ternyata paragraf-paragraf yang terakhir lebih “berbicara” daripada paragraf sebelumnya, yang mengandung tiga buah kalimat topik. Paragraf terakhir hemat akan kalimat topik, tetapi kreatif dengan kalimat-kalimat penjelas.
VIII.        Teknik Pengembangan Paragraf
      Teknik pengembangan paragraf itu, secara garis besarnya, ada dua macam. Pertama, dengan menggunakan “ilustrasi”. Apa yang dikatakan kalimat topik itu dilukiskan dan digambarkan dengan kalimat-kalimat penjelas sehingga di depan pembaca tergambar dengan nyata apa yang dimaksud oleh penulis. Kedua, dengan “analisis”. Apa yang dinyatakan kalimat topik dianalisis secara logis sehingga pernyataan tadi merupakan  sesuatu yang meyakinkan.
      Di dalam praktik, kedua teknik di atas dapat dirinci lagi menjadi beberapa cara yang lebih praktis, di antaranya (a) dengan memberikan contoh, (b) dengan menampilkan fakta-fakta, (c) dengan memberikan alasan-alasan, dan (d) dengan bercerita.  
Perhatikan contoh-contoh di bawah ini.
a.      Dengan Memberikan Contoh/Fakta
            Biasanya, pembaca senang membaca paragraf-paragraf yang dikembangkan dengan cara ini. Perhatikan paragraf berikut.
         Kegiatan KUD di desa-desa yang belum dewasa sering dicampuri oleh tengkulak-tengkulak, seperti di Desa Kioro. Semua kegiatan KUD selalu dipantau oleh tengkulak-tengkulak. Kadang-kadang bukan memantau lagi namanya, tetapi langsung ikut serta menentukan harga gabah penduduk yang kan dijual ke koperasi. Tengkulak itulah yang mengatur pembagian uang yang ditangani oleh ketua koperasi, mengatur pembelian padi, dan sebagainya. Demikian pula halnya dalam menjual kembali ke masyarakat. Harga padi selalu ditentukan oleh tengkulak itu. Dari hasil penjualan ini tengkulak meminta upah yang cukup besar dari ketua koperasi.
            Dalam menggunakan cara ini, penulis hendaknya pandai memilih contoh-contoh yang umum, contoh yang representatif, yang dapat mewakili keadaan yang sebenarnya, dan bukan contoh yang terlalu dicari-cari.
b.     Dengan Memberikan Alasan-Alasan
            Dalam cara ini, apa yang dinyatakan oleh kalimat topik dianalisis berdasarkan logika, dibuktikan dengan uraian-uraian yang logis dengan menjelaskan sebab-sebab mengapa demikian.
Perhatikan paragraf berikut.
         Membiasakan diri berolahraga setiap pagi banyak manfaatnya bagi seorang pegawai. Olahraga itu sangat perlu untuk mengimbangi kegiatan duduk berjam-jam di belakang meja kantor. Kalau tidak demikian, pegawai itu akan menderita beberapa penyakit karena tidak ada keseimbangan kerja otak dan kerja fisik. Kalau pegawai itu menderita sakit, berarti dia membengkalaikan pekerjaan kantor yang berarti pula melumpuhkan kegiatan negara.
c.      Dengan Bercerita
             Biasanya pengarang mengungkapkan kembali peristiwa-peristiwa yang sedang atau sudah berlaku apabila ia mengembangkan paragraf dengan cara ini. Dengan paragraf itu, pengarang berusaha membuat lukisannya itu hidup kembali.
Perhatikan paragraf  berikut.
         Kota Wonosobo telah mereka lalui. Kini jalan lebih menanjak dan sempit berliku-liku. Bus meraung-raung ke dataran tinggi Dieng. Di samping kanan jurang menganga, tetapi pemandangan di kejauhan adalah hutan pinus menyelimuti punggung bukit dan bekas-bekas kawah yang memutih. Pemandangan itu melalaikan goncangan bus yang tak henti-hentinya berkelak-kelok. Sesekali atap rumah berderet kelihatan di kejauhan.



IX.            Pembagian paragraf menurut teknik pemaparannya
      Paragraf menurut teknik pemaparannya dapat dibagi dalam empat macam, yaitu deskriptif, ekspositoris, argumentatif, dan naratif.
a.      Deskriptif
            Paragraf deskriptif disebut juga paragraf melukiskan (lukisan). Paragraf ini melukiskan apa yang terlihat di depan mata. Jadi, paragraf ini bersifat tata ruang atau tata letak. Pembicaraannya dapat berurutan dari atas ke bawah atau dari kiri ke kanan. Dengan kata lain, deskriptif berurusan dengan hal-hal kecil yang tertangkap oleh pancaindera.
Contoh sebuah paragraf deskriptif
         Pasar Tanah Abang adalah sebuah pasar yang sempurna. Semua  barang ada di sana. Di toko yang paling depan berderet toko sepatu dalam dan luar negeri. Di lantai dasar terdapat toko kain yang lengkap dan berderet-deret. Di samping kanan pasar terdapat warung-warung kecil penjual sayur dan bahan dapur. Di samping kiri ada pula berjenis-jenis buah-buahan. Pada bagian belakang kita dapat menemukan berpuluh-puluh pedagang daging. Belum lagi kita harus melihat lantai satu, dua, dan tiga.
b.     Ekspositoris
            Paragraf ekspositoris disebut juga paragraf paparan. Paragraf ini menampilkan suatu objek. Peninjauannya tertuju pada satu unsur saja. Penyampaiannya dapat menggunakan perkembangan analsis kronologis atau keruangan.
Contoh paragraf ekspositoris:
         Pasar Tanah Abang adalah pasar yang kompleks. Di lantai dasar terdapat sembilan puluh kios penjual kain dasar. Setiap hari rata-rata terjual tiga ratus meter untuk setiap kios. Dari data ini dapat diperkirakan berapa besarnya uang yang masuk ke kas DKI dari Pasar Tanah Abang.
c.      Argumentatif
            Paragraf argumentatif sebenarnya dapat diamasukkan kedalam ekspositoris. Paragraf argumentatif disebut juga persuasi. Paragraf ini lebih bersifat membujuk atau meyakinkan pembaca terhadap sutu hal atau objek. Biasanya, paragraf ini menggunakan perkembangan analisis.
Contoh paragraf argumentatif:
         Dua tahun terakhir, terhitung sejak Boeing B-737 milik maskapai penerbangan Aloha Airlines celaka, isu pesawat tua mencuat ke permukaan. Ini bisa dimaklumi sebab pesawat yang badannya koyak sepanjang 4 meter itu sudah dioperasikan lebih dari 19 tahun. Oleh karena itu, adalah cukup beralasan jika orang menjadi cemas terbang dengan pesawat berusia tua. Di Indonesia, yang mengagetkan, lebih dari 60% pesawat yang beroperasi adalah pesawat tua. Amankah ? Kalau memang aman, lalu bagaimana cara merawatnya dan berapa biayanya sehingga ia tetap nyaman dinaiki?
d.     Naratif
            Karangan narasi biasanya dihubung-hubungkan dengan cerita. Oleh sebab itu, sebuah karangan narasi atau paragraf narasi hanya kita temukan dalam novel, cerpen, atau hikayat.
Contoh paragraf naratif:
         Malam itu ayah kelihatan benar-benar marah. Aku sama sekali dilarang berteman dengan Syairul. Bahkan ayah mengatakan bahwa aku akan diantar dan dijemput ke sekolah. Itu semua gara-gara Slamet yang telah memperkenalkan aku dengan Siti.
(Sikumbang, 1981: 1-42 dan Parera, 1983: 3-24).


B.     PENALARAN
            Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada satu simpulan. Data atau fakta yang akan di nalar boleh benar dan boleh tidak benar (belum jelas kebenarannya). Data yang digunakan untuk mencapai satu simpulan ini harus berbentuk kalimat pernyataan. Kalimat pernyataan yang digunakan sebagai data itu adalah proposisi.
I.                Penalaran deduktif
            Penalaran deduktif adalah penalaran yang bertolak dari sebuah konklusi atau simpulan yang di dapat dari satu atau lebih pernyataan yang lebih umum. Simpulan yang diperoleh tidak mungkin lebih umum dari pada proposisi tempat menarik simpulan itu. Proposisi tempat menarik itu disebut premis. Penarikan kesimpulan dapat dilakukan secara langsung dan tak langsung.
1.     Menarik Simpulan secara Langsung
      Simpulan secara langsung ditarik dari satu premis. Sebaliknya, konklusi yang ditarik dari dua premis disebut simpulan taklangsung.
Misalnya:
1.     Semua S adalah P.(premis)
Sebagian P adalah S.(simpulan)
Contoh:
Semua ikan berdarah dingin. (premis)
Sebagian yang berdarah dingin adalah ikan. (simpulan)
2.     Tidak satu pun S adalah P. (premis)
Tidak satu pun P adalah S . (simpulan)
Contoh:
Tidak seekor nyamuk pun adalah lalat. (premis)
Tidak seekkor lalat pun adalah nyamuk. (simpulan)
3.     Semua S adalah P.(premis)
Tidak satu pun S adalah tak-P.(simpulan)
Contoh:
Semua rudal adalah senjata berbahaya. (premis)
Tidak satu pun rudal adalah senjata tidak berbahaya. (simpulan)
4.     Tidak satu pun S adalah P. (premis)
Semua S adalah tak-P. (simpulan)
Contoh:
Tidak seekor pun harimau adalah singa. (premis)
Semua harimau adalah bukan singa. (simpulan)
5.     Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu pun S adalah tak-P.(simpulan)
Tidak satu pun tak-P adalah S. (simpulan)
Contoh:
Semua gajah adalah berbelai. (premis)
Tidak satu pun gajah adalah takberbelalai. (simpulan)
Tidak satu pun yang takberbelalai adalah gajah. (simpulan)
2.     Menarik Simpulan secara Tidak Langsung
      Penalaran tidak langsung adalah penalaran yang menarik simpulan dari 2 premis. Pertama adalah premis yang bersifat umum dan premis yang kedua adalah premis yang bersifat khusus.
Misalnya:
a.      Setiap manusia akan mati
b.     Semuaikan berdarah dingin
c.      Semua pohon kelapa berakar serabut
     
      Beberapa Jenis penalaran deduksi secara tidak langsung :
a.     Silogisme kategorial
       Silogisme kategorial adalah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. Dua proposisi merupakan premis dan satu proposisi merupakan simpulan . Premis yang bersifat umum disebut premis mayor dan premis yang bersifat khusus disebut premis minor.
Contoh:
Semua manusia bijaksana
Semua polisi adalah manusia
Jadi,semua polisi bijaksana



b.     Silogisme Hipotesis
      Silogisme hipotesis adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi kondisional hipotesis.
Contoh:
Jika besi dipanaskan,besi akan memuai.
Besi dipanaskan.
Jadi,besi memuai.

c.      Silogisme Alternatif
      Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternative.kalau premis minornya membenarkan salah satu alternaif, simpulannya akan menolak alternative lain.
Contoh:
Dia adalah seorang kiai atau professor
Dia seorang kiai
Jadi,dia bukan seorang professor

Dia adalah seorang kiai atau professor
Dia bukan seorang kiai
Jadi,dia seorang professor

d.     Entimen
      Entimen yaitu silogisme yang tidak memiliki premis mayor karena premis mayor itu sudah diketahui secara umum.yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Contoh:
Semua sarjana adalah orang cerdas.
Ali adalah seorang sarjana.
Jadi,ali adalah orang cerdas

II.             PERNALARAN INDUKTIF
            Pernalaran induktif adalah pernalaran yang bertolak dari pernyataan-pernyataan yang khusus dan menghasilkan simpulan yang umum.
1.     Generalisasi
      Generalisasi adalah proses pernalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum.
Contoh:
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jadi, jika dipanaskan,logam memuai.
2.     Analogi
      Analogi adalah cara penarikan pernalaran secara membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.
Contoh:
Nina adalah lulusan akademi A.
Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Ali adalah lulusan akademi A.
Oleh sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

Tujuan pernalaran secara analogi adalah sebagai berikut:
1)     Analogi dilakukan untuk meramalkan kesamaan.
2)     Analogi digunakan untuk menyiapkan kekeliruan
3)     Analogi digunakan untuk menyusun klasifikasi.
3.     Hubungan Kausal
      Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Misalnya, tombol ditekan, akibatnya bel berbunyi. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, tiga hubungan antarmasalah, yaitu sebagai berikut.
1)     Sebab-akibat
            Sebab akibat ini berpola A menyebabkan B. Di samping itu, hubungan ini dapat pula berpola A menyebabkan B, C, D, dan seterusnya. Jadi , efek dari satu peristiwa yang dianggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu. Andaikata angin tiba-tiba bertiup (A), dan hujan yang tiba-tiba turun (B), ternyata tidak sebuah mangga pun yang jatuh (E), tentu kita dapat menyimpulkan bahwa jatuhnya buah mangga itu disebabkan oleh lemparan anak-anak(C).
            Pola seperti itu dapat kita lihat pada rancangan berikut.
angin               hujan   lemparan         mangga jatuh
(A)                 (B)          (C)                       (E)

angin, hujan   mangga tidak jatuh
(A)         (B)                 (E)
Oleh sebab itu, lemparan anak menyebabkan
                              (C)
mangga jatuh
      (E)

            Pola-pola seperti itu sesuai pula dengan metode agreement yang berbunyi sebagai berikut. Jika dua kasus atau lebih dalam satu gejala mempunyai satu dan hanya satu kondisi yang dapat mengakibatkan sesuatu, kondisi itu dapat diterima sebagai penyebab sesuatu tersebut.
teh,      gula,    garam menyebabkan kedatangan semut
 (P)      (Q)       (R)                   (Y)
gula,    lada,bawang menyebabkan kedatangan semut
(Q)        (S)     (U)                 (Y)
Jadi, gula        menyebabkan kedatangan semut.
            (Q)                              (Y)

2)     Akibat-sebab
            Akibat-sebab ini dapat kita lihat pada peristiwa seseorang yang pergi kedokter. Ke dokter merupakan akibat dan sakit merupakan sebab. Akan tetapi, dalam penalaran jenis akibat-sebab ini, peristiwa sebab merupakan simpulan.
3)     Akibat-akibat
            Akibat-akibat adalah suatu pernalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat” langsung disimpulkan pada suatu “akibat” yang lain. Contohnya adalah sebagai berikut.
            Ketika pulang dari pasar, Ibu Sonya melihat tanah di halamannya becek. Ibu langsung menyimpulkan bahwa kain jemuran di belakang rumahnya pasti basah.
            Dalam kasus itu penyebabnyaa tidak ditampilkan, yaitu hari hujan. Pola itu dapat dilihat seperti berikut ini.
hujan               menyebabkan tanah becek
(A)                              (B)
hujan               menyebabkan kain jemuran basah
(A)                              (C)
            Dalam proses pernalaran “akibat-akibat”, peristiwa tanah becek (B) merupakan data, dan peristiwa kain jemuran basah (C) merupakan simpulan.
Jadi, karena tanah becek, pasti kain jemuran basah.
                 (B)                   (C)




0 komentar:

Posting Komentar