A.
Paragraf
I.
Pendahuluan
Paragraf
adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik.
Kalimat-kalimat dalam paragraf memperlihatkan kesatuan pikiran atau mempunyai
keterkaitan dalam membentuk gagasan atau topik tersebut. Sebuah paragraf
mungkin terdiri atas sebuah kalimat, mungkin terdiri atas dua buah kalimat,
mungkin juga lebih dari dua buah kalimat. Walaupun paragraf itu mengandung
beberapa kalimat, tidak satupun dari kalimat-kalimat itu yang memperkatakan
soal lain. Seluruhnya memperbincangkan satu masalah atau sekurang-kurangnya
bertalian erat dengan masalah itu.
Contoh:
Sampah
selamanya selalu memusingkan. Berkali-kali masalahnya diseminarkan dan
berkali-kali pula jalan pemecahannya dirancang. Namun, keterbatasan-keterbatasan
yang kita miliki tetap menjadikan sampah sebagai masalah pelik. Pada waktu
seminar-seminar itu berlangsung, penimbunan sampah terus terjadi. Hal ini
mengundang keprihatinan kita karena masalah sampah banyak sedikitnya mempunyai
kaitan dengan masalah pencemaran air dan banjir. Selama pengumpulan,
pengangkutan, pembuangan akhir, dan pengolahan sampah itu belum dapat
dilaksanakan dengan baik, selama itu pula sampah menjadi masalah.
Paragraf ini
terdiri atas enam kalimat. Semua kalimat itu membicarakan soal sampah. Oleh sebab itu, paragraf itu
mempunyai topik “masalah sampah” karena pokok permasalahan dalam paragraf itu adalah masalah sampah.
Dalam tulisan-tulisan lain mungkin
kita menjumpai topik paragraf, seperti
a.
peranan bahasa
dalam kehidupan;
b.
penyebab kebakaran
hutan;
c.
manfaat koperasi;
d.
tragedi semanggi;
e.
kehidupan di ruang
angkasa;
f.
Trisakti sebagai
kampus reformasi.
Topik paragraf
adalah pikiran utama di dalam sebuah
paragraf. Semua pembicaraan dalam paragraf itu terpusat pada pikiran utama ini.
Pikiran utama itulah yang menjadi topik persoalan atau pokok pembicaraan. Oleh
sebab itu, ia kadang-kadang disebut juga gagasan pokok di dalam sebuah
paragraf. Dengan demikian, apa yang menjadi pokok pembicaraan dalam sebuah
paragraf, itulah topik paragraf.
II.
Syarat-Syarat Paragraf
Paragraf yang
baik harus memiliki dua ketentuan, yaitu kesatuan paragraf dan kepaduan
paragraf.
a)
Kesatuan Paragraf
Dalam
sebuah paragraf terdapat hanya satu pokok pikiran. Oleh sebab itu,
kalimat-kalimat yang membentuk paragraf perlu ditata secara cermat agar tidak ada satu pun kalimat yang
menyimpang dari ide pokok paragraf itu. Kalau ada kalimat yang menyimpang dari
pokok pikiran paragraf itu, paragraf menjadi tidak berpautan, tidak utuh.
Kalimat yang menyimpang itu harus dikeluarkan dari paragraf. Perhatikan
paragraf di bawah ini.
Jateng
sukses. Kata-kata ini meluncur gembira dari pelatih regu Jateng setelah selesai
pertandingan final Kejurnas Tinju Amatir, Minggu malam, di Gedung Olahraga
Jateng, Semarang. Kota Semarang terdapat
di pantai utara Pulau Jawa, ibu kota Provinsi Jateng. Pernyataan itu dianggap
wajar karena apa yang diimpi-impikan selama ini dapat terwujud, yaitu satu
medali emas, satu medali perak, dan satu medali perunggu. Hal itu ditambah lagi
oleh pilihan petinju terbaik yang jatuh ke tangan Jateng. Hasil yang diperoleh
itu adalah prestasi paling tinggi yang pernah diraih oleh Jateng dalam arena
seperti itu.
Dalam
paragraf itu kalimat ketiga tidak menunjukan keutuhan paragraf. Oleh sebab itu,
kalimat tersebut harus dikeluarkan dari paragraf.
b)
Kepaduan Paragraf
Kepaduan
paragraf dapat terlihat melalui penyusunan kalimat secara logis dan melalui
ungkapan-ungkapan (kata-kata) pengait antarkalimat. Urutan yang logis akan
terlihat dalam susunan kalimat-kalimat dalam paragraf itu. Dalam paragraf itu
tidak ada kalimat-kalimat yang sumbang atau keluar dari permasalahan yang
dibicarakan.
Pengait Paragraf
Agar
paragraf menjadi padu digunakan pengait paragraf, yaitu berupa 1) ungkapan
penghubung transisi, 2) kata ganti, atau 3) kata kunci (pengulangan kata yang
dipentingkan).
Ungkapan
pengait antarkalimat dapat berupa ungkapan penghubung/ transisi.
1)
Beberapa Kata
Transisi
1 Hubungan tambahan : lebih lagi, selanjutnya, tambahan pula, disamping itu, lalu,berikutnya, demikian pula, begitu juga, di samping itu, lagi pula.
2 Hubungan pertentangan : akan tetapi, namun, bagaimanapun, walaupun demikian, sebaliknya, meskipun begitu, lain halnya.
3 Hubungan perbandingan : sama dengan itu, dalam hal yang demikian, sehubungan dengan itu.
4 Hubungan akibat : oleh sebab itu, jadi, akibatnya, oleh karena itu, maka, oleh sebab itu.
5 Hubungan tujuan : untuk
itu,untuk maksud itu.
6 Hubungan singkatan : singkatnya, pendeknya, akhirnya, pada umumnya, dengan kata lain, sebagai simpulan.
7 Hubungan waktu : sementara itu, segera setelah itu, beberapa saat kemudian.
8 Hubungan tempat : berdekatan dengan itu.
Paragraf di
bawah ini memperlihatkan pemakaian ungkapan pengait antarkalimat yang berupa
ungkapan penghubung transisi.
Belum ada
isyarat jelas bahwa masyarakat sudah menarik tabungan deposito mereka.
Sementara itu, bursa efek Indonesia mulai goncang dalam menampung serbuan para
pemburu saham. Pemilik-pemilik uang berusaha meraih sebanyak-banyaknya saham
yang dijual di bursa. Oleh karena itu, bursa efek berusaha menampung minat
pemilik uang yang menggebu-gebu. Akibatnya, indeks harga saham gabungan (IHSG)
dalam tempo cepat melampaui angka 100 persen. Bahkan, kemarin IHSG itu meloncat
ke tingkat 101,828 persen.
Dengan
dipasangnya pengait antarkalimat sementara
itu, oleh karena itu, akibatnya, dan bahkan
dalam paragraf tersebut, kepaduan paragraf terasa sekali, serta urutan
kalimat-kalimat dalam paragraf itu logis dan kompak.
2)
Kata Ganti
Ungkapan
pengait paragraf dapat juga berupa kata ganti, baik kata ganti orang maupun
kata ganti yang lain.
(1) Kata Ganti Orang
Dalam
usaha memadu kalimat-kalimat dalam suatu
paragraf, kita banyak menggunakan kata ganti orang. Pemakaian kata ganti
ini berguna untuk menghindari penyebuatan nama orang berkali-kali. Kata ganti
yang dimaksud adalah saya, aku, ku, kita,
kami (kata ganti orang pertama), engkau, kau , kamu, mu, kamu sekalian
(kata ganti orang kedua), dia, ia, beliau, mereka, dan nya (kata ganti orang ketiga). Hal ini dapat kita lihat pada contoh
dibawah ini.
Rizal,
Rustam, dan Cahyo adalah teman sekolah sejak SMA hingga perguruan tinggi. Kini mereka sudah menyandang gelar dokter
dari sebuah universitas negeri di Jakarta. Mereka
merencanakan mendirikan suatu poliklinik lengkap dengan apoteknya. Mereka menghubungi saya dan mengajak
bekerja sama, yaitu saya diminta
menyediakan tempatnya karena kebetulan saya
memiliki sebidang tanah yang
letaknya strategis. Saya menyetujui
permintaan mereka.
Kata mereka dipakai sebagai
pengganti kata Rizal, Rustam, dan Cahyo agar
nama orang tidak disebutkan berkali-kali dalam satu paragraf. Penyebutan nama
orang yang berkali-kali dalam satu paragraf akan menimbulkan kebosanan serta
menghilangkan keutuhan paragraf. Hal ini dapat dilihat dalam kalimat di bawah
ini.
Hajjah Utamiwati adalah ketua majelis taklim
di desa ini. Rumah Hajjah Utamiwati terletak dekat masjid Nurul Ittihad.
Pengulangan Hajjah
Utamiwati akan menimbulkan kesan kekurangpaduan dua kalimat itu. Kesannya akan
lain jika kalimat itu diubah sebagai berikut.
Hajjah
Utamiwati adalah ketua majelis taklim di desa ini. Rumahnya terletak dekat
masjid Nurul Ittihad.
Bentuk –nya dalam kalimat di atas
adalah bentuk singkat kata ganti orang ketiga, yaitu Hajjah Utamiwati . Dengan demikian, kepaduan kalimat-kalimat itu
dapat kita rasakan.
Penggunaan
kata ganti orang ketiga tunggal, beliau,
dapat dilihat pada kalimat berikut ini.
Ibu Sud
adalah pencipta lagu empat zaman yang sangat produktif. Beliau telah menciptakan tidak kurang dari dua ratus buah lagu.
Semua
kata ganti orang hanya dapat menggantikan nama orang dan hal-hal yang
dipersonifikasikan. Kalimat berikut ini memperlihatkan hal yang
dipersonifikasikan dari subjek kalimat. Oleh sebab itu, kalimat ini masih
dibenarkan.
Pada tahun yang lalu India dilanda
kelaparan. Ia mengharapkan uluran tangan negara lain.
Sesudah dikatakan bahwa kata ganti orang hanya dipakai untuk menggantikan
nama orang dan hal-hal yang dipersonifikasikan. Dalam hal ini, bentuk –nya tidak hanya menggantikan nama orang dan hal
yang dipersonifikasikan, tetapi juga menggantikan benda-benda yang tidak
bernyawa. Hal ini dapat dilihat pada kalimat berikut.
Sepatu saya sudah rusak. Saya harus segera
menggantinya.
Kain bahan celana ini pas-pasan. Si
penjahit harus pandai memotongnya.
Dalam masalah pemakaian kata ganti orang ketiga, kata
ganti kitu harus digunakan pada tempatnya yang tepat.
1)
a. Buku Sutan Takdir Alisjahbana banyak sekali. Beliau adalah budayawan yang sangat
disegani. (Salah)
b. Sutan Takdir
Alisjahbana mengarang buku banyak sekali. Beliau
adalah budayawan yang sangat disegani. (Betul)
2)
a. Hutan-hutan di Indonesia habis ditebangi oleh
orang yang tidak bertanggung jawab. Mereka hanya mementingkan diri sendiri.
(Salah)
b. Orang-orang
yang tidak bertanggung jawab menebangi
hutan-hutan di Indonesia habis-habisan. Mereka
hanya mementingkan diri sendiri. (Betul)
3)
a. Di mana-mana
pabrik didirikan oleh konglomerat. Dengan demikian, mereka menganggap bahwa
masalah pengangguran telah teratasi. (Salah)
b. Di mana-mana konglomerat mendirikan pabrik. Dengan
demikian, mereka menganggap bahwa
masalah pengangguran telah teratasi.(Betul)
(2) Kata Ganti yang Lain
Kata
ganti lain yang digunakan dalam menciptakan kepaduan paragraf ialah itu, ini, tadi, begitu, demikian, di situ,
ke situ, di atas, di sana, di sini dan sebagainya. Perhatikan contoh
berikut.
Itu asrama mereka. Mereka tinggal di situ sejak kuliah tingkat satu sampai
dengan meraih gelar sarjana. Orang tua mereka juga sering berkunjung ke situ.
(3) Kata Kunci
Di
samping itu, ungkapan pengait dapat pula berupa pengulangan kata-kata kunci,
seperti kata sampah pada contoh
paragraf yang pertama. Pengulangan kata-kata kunci ini perlu dilakukan dengan
hati-hati (tidak terlalu sering).
III.
Pembagian Paragraf
Menurut Jenisnya
Dalam sebuah
karangan (komposisi) biasanya terdapat tiga macam paragraf jika dilihat dari
segi jenisnya.
1)
Paragraf Pembuka
Paragraf
ini merupakan pembuka atau pengantar untuk sampai pada segala pembicaraan yang
akan menyusul kemudian. Oleh sebab itu, paragraf pembuka harus dapat menarik
minat dan perhatian pembaca, serta sanggup menghubungkan pikiran pembaca kepada
masalah yang akan disajikan selanjutnya. Salah satu cara untuk menarik
perhatian ini ialah dengan mengutip pernyataan yang memberikan rangsangan dari
para orang terkemuka atau orang yang terkenal.
2)
Paragraf Pengembang
Paragraf
pengembang ialah paragraf yang terletak antara paragraf pembuka dan paragraf
yang terakhir sekali di dalam bab atau anak bab itu. Paragraf ini mengembangkan
pokok pembicaraan yang dirancang. Dengan kata lain, paragraf pengembang
mengemukakan inti persoalan yang akan dikemukakan. Oleh sebab itu, satu
paragraf dan paragraf lain harus memperlihatkan hubungan yang serasi dan logis.
Paragraf itu dapat dikembangakan dengan cara ekspositoris, dengan cara
deskriptif, dengan cara naratif, atau dengan cara argumentatif .
3)
Paragraf Penutup
Paragraf
penutup adalah paragraf yang terdapat pada akhir suatu kesatuan yang lebih
kecil di dalam karangan itu. Biasanya, paragraf penutup berupa simpulan semua
pembicaraan yang telah dipaparkan pada bagian-bagian sebelumnya.
IV.
Tanda Paragraf
Sebuah
paragraf dapat ditandai dengan memulai kalimat pertama agak menjorok ke dalam,
kira-kira lima ketukan mesin ketik atau kira-kira dua sentimeter. Dengan
demikian, para pembaca mudah dapat melihat permulaan tiap paragraf sebab awal
paragraf ditandai oleh kalimat permulaannya yang tidak ditulis sejajar dengan garis margin atau garis pias kiri. Selain
itu, penulis dapat pula menambahkan tanda sebuah paragraf itu dengan memberikan
jarak agak renggang dari paragraf sebelumnya.
V.
Rangka Atau
Struktur Sebuah Paragraf
Rangka atau
struktur sebuah pargraf terdiri atas sebuah kalimat
topik dan beberapa kalimat penjelas.
Dengan kata lain, apabila dalam sebuah paragraf terdapat lebih dari sebuah
kalimat topik, paragraf itu tidak termasuk paragraf yang baik. Kalimat-kalimat
di dalam paragraf itu harus saling mendukung, saling menunjang, kait-berkait
satu dengan yang lainnya.
Kalimat topik
adalah kalimat yang berisi topik yang dibicarakan pengarang. Pengarang
meletakkan inti maksud pembicaraannya pada kalimat topik.
Karena topik
paragraf adalah pikiran utama dalam
sebuah paragraf, kalimat topik merupakan kalimat utama dalam paragraf itu.
Karena setiap paragraf hanya mempunyai sebuah topik, paragraf itu tentu hanya
mempunyai satu kalimat utama.
Kalimat utama
bersifat umum. Ukuran keumuman sebuah kalimat terbatas pada paragraf itu saja.
Adakalanya sebuah kalimat yang kita anggap umum akan berubah menjadi kalimat
yang khusus apabila paragraf itu diperluas.
Perhatikan paragraf berikut
Penduduk
Tegal, umpamanya, merasa tidak dapat hidup di daerahnya lagi karena bahan
makanan yang akan dimakan sehari-hari tidak mencukupi kebutuhan penduduk. Hal
ini disebabkan oleh ledakan penduduk Tegal terlalu besar sehingga daerah
pertanian yang relatif tidak bertambah hasilnya itu tidak dapat menampung
perkembangan penduduk. Pertumbuhan penduduk Tegal jauh lebih besar daripada
perkembangan daerah pertanian yang ada di situ.
Kalau
kita lihat paragraf di atas, kalimat yang paling umum sifatnya ialah kalimat
pertama, yaitu “Penduduk Tegal, umpamanya,
merasa tidak dapat hidup di daerahnya lagi karena bahan makanan yang
akan dimakan sehari-hari tidak mencukupi kebutuhan penduduk”. Kalimat-kalimat selanjutnya adalah
kalimat-kalimat penjelas yang fungsinya
menjelaskan gagasan utama yang terletak pada kalimat pertama.
Kalimat-kalimat
dalam paragraf itu ditambah dengan sebuah kalimat lagi, sifat keumuman kalimat
pertama itu berubah menjadi khusus. Kalimat yang ditambahkan itu berbunyi
“Tidak dapat dimungkiri bahwa pertumbuhan
penduduk yang tidak diimbangi oleh pertumbuhan produksi dapat menyebabkan
tingkat kemakmuran berkurang.”
Kalimat
yang terakhir ini bersifat lebih umum daripada kalimat pertama. Kalau kalimat
terakhir ini ditambahkan pada paragraf itu, kalimat terakhir ini akan menjadi
kalimat utama.
Kalau kita
melihat perkembangan paragraf yang kita perbincangkan ini, dapat dikatakan
bahwa sebelum kalimat itu ditambahkan pada paragraf itu, kalimat utama paragraf
itu berada di awal paragraf, sedangkan setelah ditambahkan, kalimat utama (kalimat
topik) terletak di akhir paragraf.
VI.
Paragraf Deduktif dan Paragraf Induktif
Di bawah ini
dikutipkan beberapa macam contoh paragraf. Letak kalimat topik pada
paragraf-paragraf itu berbeda-beda.
Paragraf yang
meletakkan kalimat topik pada awal paragraf disebut paragraf deduktif, sedangkan paragraf yang meletakkan kalimat topik
di akhir paragraf disebut paragraf
induktif.
Pengarang
jenis pertama meletakkan kalimat topiknya di bagian awal paragraf yang
bersangkutan. Perhatikan kalimat yang dicetak dengan huruf tebal.
Arang
aktif ialah sejenis arang yang diperoleh dari suatu pembakaran yang mempunyai
sifat tidak larut dalam air.
Arang ini dapat diperoleh dari pembakaran zat-zat tertentu, seperti ampas tebu,
tempurung kelapa,dan tongkol jagung. Jenis arang ini banyak digunakan dalam
beberapa industri pangan atau nonpangan. Industri yang menggunakan arang aktif
adalah industri kimia dan farmasi, seperti pekerjaan memurnikan minyak,
menghilangkan bau yang tidak murni, dan menguapkan zat yang tidak perlu.
Pengarang
jenis kedua meletakkan kalimat topiknya pada bagian akhir paragraf, seperti
terlihat pada paragraf berikut.
Dua anak kecil ditemukan tewas di pinggir
jalan Jenderal Sudirman. Seminggu kemudian seorang anak wanita hilang ketika
pulang dari sekolah. Sehari kemudian polisi menemukan bercak-bercak darah di
kursi belakang mobil John. Polisi juga
menemukan potret dua orang anak yang tewas di Jenderal Sudirman di dalam
kantung celana John. Dengan demikian, John
adalah orang yang dapat dimintai pertanggungjawaban tentang hiilangnya tiga
anak itu.
Ada pula paragraf yang tidak memperlihatkan kalimat
utamanya. Gagasan utama sebuah paragraf itu berada di seluruh paragraf.
Paragraf seperti ini tidak mempunyai kalimat yang umum. Semua kalimat bersifat
khusus. Biasanya paragraf seperti ini terdapat pada paragraf yang bersifat
naratif.
Misalnya :
Pada
tengah hari itu Pak Lurah datang. Bapak Bupati datang ke tempat itu. Tiga jam
kemudian kita melihat orang-orang telah berkumpul di arena itu. Tidak pula
ketinggalan artis-artis muda belia. Para wartawan pun telah pula memanfaaatkan
waktu.
Suatu hal lagi
yang perlu di tekankan di sini adalah bahwa kalimat topik itu harus kalimat
yang ideal, bukan kalimat topik yang membingungkan.
Kalimat topik itu harus bersifat umum, jangan mendetail.
Kalimat topik
yang ideal adalah kalimat topik yang jelas maksudnya dan mudah dipahami.
Pembaca tidak usah berpikir lama-lama apa yang dimaksudnya oleh penulis.
Biasanya, kalimat topik yang tidak ideal atau kalimat tidak jelas dan
membingungkan, harus dihindari.
Misalnya :
Membingungkan : Sistem pondasi cakar ayam penemuan almarhum Prof. Sedyatmo yang terkenal akhir- akhir ini
di kalangan internasional, terutama di
negara Asean karena dipakai untuk membangun berbagai struktur di atas tanah lembek.
Seharusnya :Sistem fondasi cakar
ayam dipakai untuk membangun berbagai struktur di atas tanah lembek.
Kalimat
topik yang baik adalah kalimat yang umum atau kalimat yang tidak mendetail.
Perhatikan contoh berikut.
Umum :Penelitian ini
memerlukan berbagai faktor agar selesai dengan memuaskan.
Mendetail : Penelitian ini
memerlukan biaya yang banyak, waktu yang cukup, dan tenaga yang terampil agar
selesai dengan memuaskan.
Seperti
sudah dikemukakan sebelumnya, sebuah paragraf itu terdiri atas satu kalimat topik dan beberapa buah kalimat penjelas. Kalimat-kalimat
penjelas itulah yang membuat paragraf itu benar-benar “bicara” kepada
pembacanya. Cara menjelaskan kalimat topik itu dapat dengan mengulasnya,
menyongkong, menceritakan, atau memberikan definisi secara jelas. Dengan
demikian, sebuah paragraf menjadi suatu pembicaran yang meyakinkan.
Penulis yang
berpengalaman tidak akan membuat kalimat penjelas yang masih bersifat umum
karena kalimat penjelas yang masih umum akan menyebabkan pembaca harus
meraba-raba makna paragraf. Ia kan memberikan uraian-uraian yang terinci untuk
membuat paragraf dapat berbicara kepada pembaca.
Paragraf
berikut memperlihatkan kepada kita bahwa penulisnya membuat kalimat-kalimat
penjelas yang terinci sehingga pembaca akan merasa yakin akan isi paragraf itu.
Kemajuan
teknologi di negara Republik Indonesia pada akhir-akhir ini sangat dirasakan
oleh masyarakat sebagai suatu prestasi
besar bangsa Indonesia. Hal itu ditunjang oleh beberapa faktor nyata
yang sangat dibanggakan. Kehadiran Industri Pesawat Terbang Nusantara,
ditambahpula dengan kehadiran Puspitek dan beberapa pembangkit tenaga listrik
memberikan bukti tentang kemajuan teknologi itu. Apalagi, di sana-sini tidak
pula ketinggalan beberapa industri mobil, eleektronik, dan obat-obatan.
VII.
Pengembangan Paragraf
Mengarang itu
adalah usaha mengembangkan beberapa kalimat topik. Dengan demikian, dalam
karangan itu kita harus mengembangkan beberapa paragraf demi paragraf. Oleh
karena itu, kita harus hemat menempatkan kalimat topik . Satu paragraf hanya
mengandung sebuah kalimat topik.
Contoh di
bawah ini memperlihatkan perbedaan paragraf yang tidak hemat dan paragraf yang
hemat akan kalimat topik. Paragraf yang tidak hemat ini mengandung tiga buah
kalimat topik.
Penggemar
seruling buatan Frederick Morgan bersedia menunggu lima belas tahun asal
memperoleh sebuah seruling buatan
Morgan. Pertengahan bulan Juli Morgan menghentikan pemesanan seruling
karena terlalu banyak pihak yang memesan seruling buatannya. Memang dewasa ini
Morgan tergolong ahli pembuat instrumen tiupan kelas dunia.
Perhatikan
paragraf berikut yang merupakan hasil pengembangan kalimat-kalimat di atas.
Penggemar seruling
buatan Frederick Morgan bersedia menunggu lima belas tahun asal memperoleh
sebuah seruling buatan Morgan. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh beberapa
penggemar seruling Eropa. Hal ini terjadi setelah Morgan mengumumkan bahwa
pemesanan serulingnya ditutup.
Pada
pertengahan bulan Juli Morgan menghentikan pemesanan seruling karena terlalu
banyak pihak yang memesan seruling buatannya. Jika seruling dibuat
terus-menerus, Morgan harus bekerja selama
14 tahun guna memenuhi pesanan tersebut. Seruling buatan Morgan sangat
berperan pada musik di dunia Eropa sejak tahun 1950.
Dewasa ini
Morgan tergolong ahli pembuat instrumen tiup kelas dunia. Beberapa ahli lainnya
adalah Hans Caolsma (Utrecht), Mortin Skovroneck (Bremen), Fredrick van Huene (
Amerika Serikat), Klaus Scheele (Jerman), serta Shigchoru Yamaoka dan Kuito
Kinoshito (Jepang).
Kalau
kita amati, ternyata paragraf-paragraf yang terakhir lebih “berbicara” daripada
paragraf sebelumnya, yang mengandung tiga buah kalimat topik. Paragraf terakhir
hemat akan kalimat topik, tetapi kreatif dengan kalimat-kalimat penjelas.
VIII.
Teknik Pengembangan
Paragraf
Teknik
pengembangan paragraf itu, secara garis besarnya, ada dua macam. Pertama,
dengan menggunakan “ilustrasi”. Apa yang dikatakan kalimat topik itu dilukiskan
dan digambarkan dengan kalimat-kalimat penjelas sehingga di depan pembaca
tergambar dengan nyata apa yang dimaksud oleh penulis. Kedua, dengan
“analisis”. Apa yang dinyatakan kalimat topik dianalisis secara logis sehingga
pernyataan tadi merupakan sesuatu yang
meyakinkan.
Di dalam praktik,
kedua teknik di atas dapat dirinci lagi menjadi beberapa cara yang lebih
praktis, di antaranya (a) dengan memberikan contoh, (b) dengan menampilkan
fakta-fakta, (c) dengan memberikan alasan-alasan, dan (d) dengan bercerita.
Perhatikan contoh-contoh di bawah ini.
a.
Dengan Memberikan
Contoh/Fakta
Biasanya,
pembaca senang membaca paragraf-paragraf yang dikembangkan dengan cara ini.
Perhatikan paragraf berikut.
Kegiatan
KUD di desa-desa yang belum dewasa sering dicampuri oleh tengkulak-tengkulak,
seperti di Desa Kioro. Semua kegiatan KUD selalu dipantau oleh tengkulak-tengkulak.
Kadang-kadang bukan memantau lagi namanya, tetapi langsung ikut serta
menentukan harga gabah penduduk yang kan dijual ke koperasi. Tengkulak itulah
yang mengatur pembagian uang yang ditangani oleh ketua koperasi, mengatur
pembelian padi, dan sebagainya. Demikian pula halnya dalam menjual kembali ke
masyarakat. Harga padi selalu ditentukan oleh tengkulak itu. Dari hasil
penjualan ini tengkulak meminta upah yang cukup besar dari ketua koperasi.
Dalam
menggunakan cara ini, penulis hendaknya pandai memilih contoh-contoh yang umum,
contoh yang representatif, yang dapat mewakili keadaan yang sebenarnya, dan
bukan contoh yang terlalu dicari-cari.
b.
Dengan Memberikan
Alasan-Alasan
Dalam
cara ini, apa yang dinyatakan oleh kalimat topik dianalisis berdasarkan logika,
dibuktikan dengan uraian-uraian yang logis dengan menjelaskan sebab-sebab
mengapa demikian.
Perhatikan paragraf berikut.
Membiasakan
diri berolahraga setiap pagi banyak manfaatnya bagi seorang pegawai. Olahraga
itu sangat perlu untuk mengimbangi kegiatan duduk berjam-jam di belakang meja
kantor. Kalau tidak demikian, pegawai itu akan menderita beberapa penyakit
karena tidak ada keseimbangan kerja otak dan kerja fisik. Kalau pegawai itu
menderita sakit, berarti dia membengkalaikan pekerjaan kantor yang berarti pula
melumpuhkan kegiatan negara.
c.
Dengan Bercerita
Biasanya pengarang mengungkapkan kembali
peristiwa-peristiwa yang sedang atau sudah berlaku apabila ia mengembangkan
paragraf dengan cara ini. Dengan paragraf itu, pengarang berusaha membuat
lukisannya itu hidup kembali.
Perhatikan paragraf
berikut.
Kota
Wonosobo telah mereka lalui. Kini jalan lebih menanjak dan sempit berliku-liku.
Bus meraung-raung ke dataran tinggi Dieng. Di samping kanan jurang menganga,
tetapi pemandangan di kejauhan adalah hutan pinus menyelimuti punggung bukit
dan bekas-bekas kawah yang memutih. Pemandangan itu melalaikan goncangan bus
yang tak henti-hentinya berkelak-kelok. Sesekali atap rumah berderet kelihatan
di kejauhan.
IX.
Pembagian paragraf
menurut teknik pemaparannya
Paragraf
menurut teknik pemaparannya dapat dibagi dalam empat macam, yaitu deskriptif,
ekspositoris, argumentatif, dan naratif.
a.
Deskriptif
Paragraf
deskriptif disebut juga paragraf melukiskan (lukisan). Paragraf ini melukiskan
apa yang terlihat di depan mata. Jadi, paragraf ini bersifat tata ruang atau
tata letak. Pembicaraannya dapat berurutan dari atas ke bawah atau dari kiri ke
kanan. Dengan kata lain, deskriptif berurusan dengan hal-hal kecil yang
tertangkap oleh pancaindera.
Contoh sebuah paragraf deskriptif
Pasar
Tanah Abang adalah sebuah pasar yang sempurna. Semua barang ada di sana. Di toko yang paling depan
berderet toko sepatu dalam dan luar negeri. Di lantai dasar terdapat toko kain
yang lengkap dan berderet-deret. Di samping kanan pasar terdapat warung-warung
kecil penjual sayur dan bahan dapur. Di samping kiri ada pula berjenis-jenis
buah-buahan. Pada bagian belakang kita dapat menemukan berpuluh-puluh pedagang
daging. Belum lagi kita harus melihat lantai satu, dua, dan tiga.
b.
Ekspositoris
Paragraf
ekspositoris disebut juga paragraf paparan. Paragraf ini menampilkan suatu
objek. Peninjauannya tertuju pada satu unsur saja. Penyampaiannya dapat
menggunakan perkembangan analsis kronologis atau keruangan.
Contoh paragraf ekspositoris:
Pasar Tanah
Abang adalah pasar yang kompleks. Di lantai dasar terdapat sembilan puluh kios
penjual kain dasar. Setiap hari rata-rata terjual tiga ratus meter untuk setiap
kios. Dari data ini dapat diperkirakan berapa besarnya uang yang masuk ke kas
DKI dari Pasar Tanah Abang.
c.
Argumentatif
Paragraf
argumentatif sebenarnya dapat diamasukkan kedalam ekspositoris. Paragraf
argumentatif disebut juga persuasi. Paragraf ini lebih bersifat membujuk atau
meyakinkan pembaca terhadap sutu hal atau objek. Biasanya, paragraf ini
menggunakan perkembangan analisis.
Contoh paragraf argumentatif:
Dua tahun
terakhir, terhitung sejak Boeing B-737 milik maskapai penerbangan Aloha
Airlines celaka, isu pesawat tua mencuat ke permukaan. Ini bisa dimaklumi sebab
pesawat yang badannya koyak sepanjang 4 meter itu sudah dioperasikan lebih dari
19 tahun. Oleh karena itu, adalah cukup beralasan jika orang menjadi cemas
terbang dengan pesawat berusia tua. Di Indonesia, yang mengagetkan, lebih dari
60% pesawat yang beroperasi adalah pesawat tua. Amankah ? Kalau memang aman,
lalu bagaimana cara merawatnya dan berapa biayanya sehingga ia tetap nyaman
dinaiki?
d.
Naratif
Karangan
narasi biasanya dihubung-hubungkan dengan cerita. Oleh sebab itu, sebuah
karangan narasi atau paragraf narasi hanya kita temukan dalam novel, cerpen,
atau hikayat.
Contoh paragraf naratif:
Malam itu
ayah kelihatan benar-benar marah. Aku sama sekali dilarang berteman dengan
Syairul. Bahkan ayah mengatakan bahwa aku akan diantar dan dijemput ke sekolah.
Itu semua gara-gara Slamet yang telah memperkenalkan aku dengan Siti.
(Sikumbang, 1981: 1-42 dan Parera, 1983: 3-24).
B. PENALARAN
Penalaran
adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta
yang ada sehingga sampai pada satu simpulan. Data atau fakta yang akan di nalar
boleh benar dan boleh tidak benar (belum jelas kebenarannya). Data yang
digunakan untuk mencapai satu simpulan ini harus berbentuk kalimat pernyataan.
Kalimat pernyataan yang digunakan sebagai data itu adalah proposisi.
I.
Penalaran deduktif
Penalaran
deduktif adalah penalaran yang bertolak dari sebuah konklusi atau simpulan yang
di dapat dari satu atau lebih pernyataan yang lebih umum. Simpulan yang
diperoleh tidak mungkin lebih umum dari pada proposisi tempat menarik simpulan
itu. Proposisi tempat menarik itu disebut premis. Penarikan
kesimpulan dapat dilakukan secara langsung dan tak langsung.
1.
Menarik Simpulan secara
Langsung
Simpulan secara langsung
ditarik dari satu premis. Sebaliknya, konklusi yang
ditarik dari dua premis disebut simpulan taklangsung.
Misalnya:
1.
Semua S adalah P.(premis)
Sebagian
P adalah S.(simpulan)
Contoh:
Semua
ikan berdarah dingin. (premis)
Sebagian yang
berdarah dingin adalah ikan. (simpulan)
2.
Tidak satu pun S adalah P. (premis)
Tidak
satu pun P adalah S . (simpulan)
Contoh:
Tidak
seekor nyamuk
pun adalah lalat. (premis)
Tidak
seekkor lalat pun adalah nyamuk. (simpulan)
3. Semua S adalah P.(premis)
Tidak
satu pun S adalah tak-P.(simpulan)
Contoh:
Semua rudal adalah senjata berbahaya. (premis)
Tidak satu pun rudal adalah senjata tidak berbahaya. (simpulan)
4. Tidak satu pun S adalah P. (premis)
Semua S
adalah tak-P. (simpulan)
Contoh:
Tidak seekor pun harimau adalah singa. (premis)
Semua harimau adalah bukan singa. (simpulan)
5. Semua S adalah P. (premis)
Tidak
satu pun S adalah tak-P.(simpulan)
Tidak
satu pun tak-P adalah S. (simpulan)
Contoh:
Semua gajah adalah berbelai. (premis)
Tidak satu pun gajah adalah takberbelalai. (simpulan)
Tidak satu pun yang takberbelalai adalah gajah. (simpulan)
2.
Menarik Simpulan secara Tidak
Langsung
Penalaran tidak langsung adalah
penalaran yang menarik simpulan dari 2 premis. Pertama
adalah premis yang bersifat umum dan premis yang kedua adalah premis yang
bersifat khusus.
Misalnya:
a.
Setiap manusia akan mati
b.
Semuaikan berdarah dingin
c.
Semua pohon kelapa berakar
serabut
Beberapa Jenis penalaran
deduksi secara tidak langsung :
a. Silogisme kategorial
Silogisme kategorial adalah silogisme yang terjadi
dari tiga proposisi. Dua
proposisi merupakan premis dan satu proposisi merupakan simpulan . Premis yang bersifat umum
disebut premis mayor dan premis yang bersifat khusus disebut premis minor.
Contoh:
Semua manusia bijaksana
Semua polisi adalah manusia
Jadi,semua
polisi bijaksana
b.
Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis adalah silogisme
yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi kondisional hipotesis.
Contoh:
Jika besi dipanaskan,besi akan memuai.
Besi dipanaskan.
Jadi,besi memuai.
c.
Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme
yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternative.kalau premis
minornya membenarkan salah satu alternaif, simpulannya akan menolak
alternative lain.
Contoh:
Dia adalah seorang kiai atau professor
Dia seorang kiai
Jadi,dia bukan seorang professor
Dia adalah seorang kiai atau professor
Dia bukan seorang kiai
Jadi,dia seorang professor
d.
Entimen
Entimen yaitu
silogisme yang tidak memiliki premis mayor karena premis mayor itu sudah
diketahui secara umum.yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Contoh:
Semua sarjana adalah orang cerdas.
Ali adalah seorang sarjana.
Jadi,ali adalah orang cerdas
II.
PERNALARAN INDUKTIF
Pernalaran
induktif adalah pernalaran yang bertolak dari pernyataan-pernyataan yang
khusus dan menghasilkan simpulan yang umum.
1.
Generalisasi
Generalisasi adalah proses
pernalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu
untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum.
Contoh:
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jadi, jika dipanaskan,logam memuai.
2.
Analogi
Analogi adalah cara penarikan
pernalaran secara membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.
Contoh:
Nina adalah lulusan akademi A.
Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Ali adalah lulusan akademi A.
Oleh sebab itu, Ali
dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Tujuan
pernalaran secara analogi adalah sebagai berikut:
1)
Analogi dilakukan untuk
meramalkan kesamaan.
2)
Analogi digunakan untuk
menyiapkan kekeliruan
3)
Analogi digunakan untuk
menyusun klasifikasi.
3.
Hubungan Kausal
Hubungan
kausal adalah penalaran yang diperoleh
dari gejala-gejala yang
saling berhubungan. Misalnya, tombol ditekan, akibatnya bel berbunyi.
Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, tiga hubungan antarmasalah, yaitu
sebagai berikut.
1)
Sebab-akibat
Sebab
akibat ini berpola A menyebabkan B. Di
samping itu, hubungan ini dapat pula berpola A menyebabkan B, C, D, dan
seterusnya. Jadi , efek dari satu peristiwa yang dianggap penyebab
kadang-kadang lebih dari satu. Andaikata angin tiba-tiba bertiup (A), dan hujan
yang tiba-tiba turun (B), ternyata tidak sebuah mangga pun yang jatuh (E),
tentu kita dapat menyimpulkan bahwa jatuhnya buah mangga itu disebabkan oleh
lemparan anak-anak(C).
Pola seperti itu dapat kita lihat
pada rancangan berikut.
angin hujan lemparan mangga jatuh
(A) (B)
(C) (E)
angin, hujan mangga
tidak jatuh
(A)
(B) (E)
Oleh
sebab itu, lemparan anak menyebabkan
(C)
mangga
jatuh
(E)
Pola-pola seperti itu sesuai pula
dengan metode agreement yang berbunyi
sebagai berikut. Jika dua kasus atau lebih dalam satu gejala mempunyai satu dan
hanya satu kondisi yang dapat mengakibatkan sesuatu, kondisi itu dapat diterima
sebagai penyebab sesuatu tersebut.
teh, gula, garam
menyebabkan kedatangan semut
(P)
(Q)
(R) (Y)
gula, lada,bawang menyebabkan kedatangan semut
gula, lada,bawang menyebabkan kedatangan semut
(Q)
(S) (U) (Y)
Jadi,
gula menyebabkan
kedatangan semut.
(Q) (Y)
2)
Akibat-sebab
Akibat-sebab ini dapat kita lihat
pada peristiwa seseorang yang pergi kedokter. Ke dokter merupakan akibat dan
sakit merupakan sebab. Akan tetapi, dalam penalaran jenis akibat-sebab ini,
peristiwa sebab merupakan simpulan.
3)
Akibat-akibat
Akibat-akibat
adalah suatu pernalaran yang
menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat”
langsung disimpulkan pada suatu “akibat” yang lain. Contohnya adalah sebagai
berikut.
Ketika pulang dari pasar, Ibu Sonya
melihat tanah di halamannya becek. Ibu langsung menyimpulkan bahwa kain jemuran
di belakang rumahnya pasti basah.
Dalam kasus itu penyebabnyaa tidak
ditampilkan, yaitu hari hujan. Pola itu dapat dilihat seperti berikut ini.
hujan menyebabkan tanah becek
(A) (B)
hujan menyebabkan kain jemuran basah
(A) (C)
Dalam proses pernalaran
“akibat-akibat”, peristiwa tanah becek (B) merupakan data, dan peristiwa kain
jemuran basah (C) merupakan simpulan.
Jadi,
karena tanah becek, pasti kain jemuran basah.
(B) (C)
0 komentar:
Posting Komentar